Presiden Kyrgyztan terpaksa melarikan diri dari ibukota Bishkek pada Rabu lalu (8/4) setelah aksi protes berdarah di negeri tersebut. Kerusuhan ini mengakibatkan 40 orang tewas dan 400 orang terluka.
Politisi oposisi Kyrgyztan saat ini menyatakan telah mengambil alih pemerintahan. Partai oposisi yang dipimpin mantan menteri luar negeri Kyrgyztan, Roza Otunbayeva mengatakan dalam pidatonya di televisi bahwa, “Kekuatan sekarang ada ditangan pemerintahan rakyat.”
Aksi protes ini sebenarnya menuntut Presiden Kurmanbek Bakiyev untuk menandatangani surat resmi pengunduran diri. Rakyat marah karena Bakiyev menyetujui memperpanjang masa pakai pangkalan militer Amerika di Manas yang digunakan untuk menyuplai pasukan Amerika di Afganistan.
Pada kerusuhan di Kyrgystan ini diduga terjadi pelanggaran hak asasi manusia. Saat demostran menuju istana presiden, Dimitri Kabak, direktur kelompok hak asasi manusia lokal di Bishkek mengatakan ada penembak jitu yang menembak dari atap kantor presiden.
Kyrgystan adalah negara dengan lima juta penduduk di daerah Asia Tengah dan merupakan salah satu negara termiskin di Uni Soviet dan sudah lama mengalami krisis politik dan korupsi.
Sumber : NY Times